Latar Belakang Gerakan Separatis PKI di Karisidenan Madiun
Olah data : madiunpedia |
Di Madiun sendiri
peristiwa besar setelah Indonesia merdeka yaitu Madiun Affair atau
pemberontakan PKI di Madiun oleh Amir Sjarifudin (Mantan Menteri) dan Musso
yang kala itu masih ada NASAKOM (Nasionalis – Agama – Komunis) dengan partainya
yaitu PNI, MASYUMI dan PKI pada masa orde lama. Kebijakan mantan menteri Amir
Sjarifudin yang fenomenal bernama gunting sjarifudin yaitu kebijakan moneter
pada masa kabinet Hatta II, pada masa pasca kemerdekaan Indonesia masih fokus
dalam bidang internal sistem seperti kebijakan, public policy dan mengalami
banyak pergantian kabinet. Pada saat perjanjian Renville antara Indonesia
dengan Belanda di atas kapal Amerika Serikat USS Renville, Kabinet Amir
Sjarifudin mengalami kejatuhan karena kalah dalam perundingan tersebut.
Amir dan beberapa kawannya
yang mendirikan Partai Sosialis Indonesia pada 17 Desember 1945 yang banyak
mengalami perombakan internal dan penguatan partainya, semenjak Amir tergabung
dalam kabinet dan menjabat sebagai menteri, Amir melakukan banyak usaha
penguatan partainya serta mulai menyusun kekuatan untuk menguasai pemerintah
selanjutnya dan menjadi pihak oposisi (meliputi FDR dan Partai Sosialis
lainnya) dari kabinet Hatta dan membuat ‘adu domba’ sehingga dalam masyarakat
menimbulkan pemikiran bahwa adanya dua aliran politik yang saling bertentangan
dan senantiasa berusaha menggulingkan kabinet Hatta, semenjak kedatangan Muso
dari Uni Soviet Amir berusaha menjadikan Muso sebagai bagian darinya. Setelah Muso
menjadi bagian darinya, para pimpinan PKI mengadakan tur propaganda yang
dimulai pada awal September 1948.
Pemberontakan PKI di
Madiun dimulai pada dini hari setelah terdengar tembakan pistol tiga kali
sebagai tanda dimulainya gerakan pemberontakan, gerakan awal yaitu melucuti
senjata aparat serta menduduki tempat penting di kota Madiun seperti kantor pos,
bank, kantor telepon, kantor polisi. Setelah menguasai Madiun dan daerah
sekitarnya melalui Radio Madiun yang kemudian disebut Radio Gelora Pemuda, PKI
Muso menyatakan dirinya sebagai pemerintah dan melakukan serangan dan fitnahan
terhadap pimpinan RI, pada pagi hari pasukan komunis dengan tanda merah
tersebar di sepanjang jalan dan menjadikan Madiun sebagai basis pertahanan.
Dari sumber buku Pemberontakan PKI – Muso karya Rachmat Susatyo, Dr. A.H.
Nasution menjelaskan bahwa bukti adanya pemberontakan sudah direncanakan sejak
lama yaitu dari dokumen yang ditemukan dari kamar Amir Sjarifudin.
Pemberontakan banyak
terjadi di wilayah Magetan, Madiun, Ponorogo dan Ngawi yang dipimpin oleh Muso
yang memproklamasikan negara komunis
bernama Republik Soviet Indonesia, banyak anggota PKI terutama di Jawa Tengah
dan Jawa Timur melakukan banyak pemberontakan. Pada akhir tahun 1948 PKI
disinyalir akan menguasai wilayah Madiun dan sekitarnya, informasi diberitakan oleh Harian
Murba di Surakarta bahwa kudeta (coup d’etat) akan segera digencarkan dengan
mengadakan pemberontakan serta menciptakan agitasi (huru-hara)
Pemberontakan PKI di Madiun, para pemuda pelajar yang tergabung dalam TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar), TGP (Tentara Geni Pelajar) serta pelajar yang lainnya menentang politiknya PKI, pada tanggal 15 September 1948 satu peleton anggota Pesindo dikerahkan untuk menyerang para pemuda di asrama TRIP. Pasca terjadinya penyerangan tersebut menyulut api emosi para pelajar yang akhirnya pelajar mendirikan organisasi Patriot Anti Musso (PAM) yang memiliki tujuan untuk menghancurkan pemerintahan Muso. Di daerah Wungu dan sekitarnya banyak terjadi pembantaian, sumur yang terletak sekitar rumah yang pernah ditempati oleh wakil bupati sebagai tempat pembuangan mayat, banyak eksekusi yang dilakukan salah satunya anggota TRIP juga disiksa dan dieksekusi oleh PKI.
Foto oleh tiangsudra/madiunpedia |
Madiun dan Magetan
merupakan daerah yang dibilang strategis oleh PKI untuk melancarkan aksinya,
Monumen Soco yang terletak di daerah Soco dekat desa Carikan merupakan saksi
kekejaman PKI kepada masyarakat terutama para santri dan kyai, Kyai Soelaiman
bersama 200 santri dihabisi dan dimasukkan dalam satu gerbong bernama gerbong
Kertapati. Salah satu kejadian ajaib di desa Soco yaitu warga mendengar suara
dzikir “Laa ilaaha illallah” terus berulang-ulang tetapi masyarakat setempat
tidak mengetahui asal suara tersebut.
Di Madiun terjadi
pembantaian Kyai dan santri di daerah Pabrik Gula Redjosari, Gorang Gareng. Semua
santri dan Kyai dikumpulkan dalam pabrik gula dan dieksekusi, selain di Gorang
Gareng pembantaian kepada Kyai, santri dan aparat juga terjadi di Kebonsari dan
Jiwan. Setelah banyak melakukan pembantaian kepada para Kyai dan santri, PKI
melakukan pembantaian kepada pejabat dan aparat, salah satu korban Kapten
Soebirin dan Inspektur Polisi Ismiadi yang dibunuh dengan cara diseret
kendaraan Jeep.
Sebagai upaya pengamanan dan menumpas pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948, Markas Besar Angkatan Perang mengangkat dan menetapkan Kolonel Sungkono sebagai Panglima Pertahanan Jawa Timur, setelah ditetapkan Kolonel Sungkono memerintahkan Brigade Surachmad bergerak ke Madiun, pasukan yang dibentuk dipimpin oleh Mayor Jonosewojo. Pasukan yang dipimpin oleh Mayor Sabaruddin bergerak melewati Sawahan menuju Dungus dan Madiun sedangkan pasukan lainnya menuju ke Magetan sedangkan Batalyon Sentot sudah mengamankan Walikukun yang kemudian bergerak ke Madiun.
Banyak kejadian di
Madiun pasca kemerdekaan Indonesia, mimpi buruk PKI di Madiun dan sekitarnya menjadi
momok masyarakat sampai sekarang, banyak kejadian dan insiden yang tidak bisa
mimin tuliskan disini, kalau dulur-dulur mau lebih dalam ingin mengetahui seputar pemberontakan
PKI di Madiun, berikut daftar bukunya :
1. Pemberontakan PKI – Musso di Madiun yang ditulis Rachmat Susatyo
2. Ayat-ayat yang Disembelih yang ditulis oleh Anab Afifi dan Thowaf Zuharon
3. Sedjarah Pergerakan Rakyat Indonesia yang ditulis oleh Pringgodigdo
4. Komunisme dan Kegiatannya di Indonesia yang ditulis oleh Makmun Salim
5. Sedjarah Pergerakan Nasional Indonesia yang ditulis oleh Susanto Tirtoprodjo
6. Sedjarah Revolusi Indonesia Masa Revolusi Bersenjata yang ditulis oleh Iwa Kusuma
7. Kronik Peristiwa Madiun 1948 yang ditulis oleh Suratmin
8. dan masih banyak lagi
Yang mimin mau garis
bawahin, masyarakat Madiun bukanlah PKI, ya mungkin ada beberapa kelompok orang
Madiun yang menjadi anggota PKI, yang menjadi poin penting bahwa banyak perlawanan yang dilakukan oleh
masyarakat Madiun antara lain bersatunya umat islam (NU – Muhammadiyah), Tentara Pelajar, masyarakat sipil membantu pasukan TNI dalam bergerilya dan masih banyak lagi perlawanan
masyarakat Madiun, jadi stigma bahwa masyarakat Madiun adalah PKI adalah salah
besar, Madiun dan sekitarnya merupakan basis pertahanan PKI dalam menumbangkan
pemerintahan Indonesia dengan tokoh besarnya yaitu Amir Sjarifudin, Musso, D.N Aidit.
Serta banyak pemberontakan PKI yang terjadi di Jawa Tengah dan daerah lainnya.
Posting Komentar