Sayembara Dari Uang Rakyat, Kok Yang Milih Logo Pejabat?
“Ikutilah sayembara Logo Hari Jadi ke 455 Kabupaten Madiun! Kami memanggil insan kreatif yang berdomisili di tanah Kampung Pesilat Indonesia tercinta untuk mengikuti sayembara logo ini” tulis Pemkab Madiun di laman caption instagram. Sebuah ajakan yang setara dengan panggilan adzan untuk insan kreatif, waktu yang tepat untuk menerjemahkan cinta dengan sebaik-baiknya. Tapi sayang, jalan cinta kasih yang akan kalian berikan, diberi tenggat waktu hanya sampai 22 Juni 2023 (23.59 WIB). Artinya apa bang Messi? tenggat waktu ini ingin menjelaskan bahwa cinta dan kasih sayang ada batasnya. Anjay bijak!
Sayembara ini jadi kabar menggembirakan bagi warga Kabupaten Madiun, setidaknya untuk Dhidan Tomy, putra daerah asli Pilangkenceng yang tahun lalu menggarap logo hari jadi Kabupaten Madiun ke-454 dan ke-453, benar-benar anak muda yang kreatif dan dekat dengan kekuasaan, bagaimana tidak? tugas negara yang ia jalankan adalah perintah langsung dari pimpinan. Tentu tugas semacam ini hanya untuk mereka yang kakinya persisten menapaki keramik pendopo, menandaskan kopi bercangkir putih, dan hafal dengan nama rokok pimpinan.
Menafsirkan Tema
Hari jadi Kabupaten Madiun tahun ini mengangkat tema besar “kebersamaan untuk kesejahteraan” sebuah tema yang menarik untuk disalahartikan, maaf maksud saya diinterpretasikan. Tema yang tidak ndakik-ndakik, sederhana, apa adanya, dan lugas. Tapi, dibalik pengambilan ide tema, musti ada perenungan hebat dari pimpinan, tidak mungkin pemilihannya dilakukan dengan serampangan dan sak karepe dewe. Sampai esai ndak seberapa bermutu ini selesai ditulis, belum ada info lebih lanjut perihal alasan dibalik pemilihan "kebersamaan untuk kesejahteraan" sebagai tema besar, tapi ini menarik untuk ditafsirkan.
Kebersamaan, dapat dimaknai sebagai sikap saling membantu, rela berkorban, persaudaraan, atau ikatan yang terbentuk karena adanya rasa kekeluargaan. Kebersamaan adalah awal yang baik untuk membentuk nilai moral sekaligus mengembangkan etika bermasyarakat. Kita semua mungkin masih ingat dengan pepatah usang bernada “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh” kalimat yang ingin menegaskan bahwa dengan bersatu, kita semua mampu mewujudkan keteguhan, kesejahteraan, keamanan, keadilan, ketentraman, keniscayaan, dan masih banyak lagi.
Kesejahteraan, tata kehidupan sosial yang coba diupayakan oleh semua pimpinan, baik Mbah Ngadenan Ketua RT hingga Vladimir Putin Presiden Rusia, kesejahteraan adalah keadaan dimana tiap masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidup, baik jasmani maupun rohani, baik kebutuhan yang nampak mata maupun kasat mata. Kebutuhan yang nampak mata seperti sandang, pangan, dan papan serta kebutuhan rohani yang tak kasat mata seperti kesehatan mental, kejernihan rohani, dan kedewasaan hidup.
Sayembara ini juga jadi momen penting untuk menghidupkan kembali daya kreatif anak muda. “Sudah lama kami mengharapkan kehadiran pemerintah untuk mewadahi kreatifitas anak muda, cukup disayangkan, tsunami usia produktif ini tidak dimanfaatkan pemda untuk mengajak dan melibatkan kami” ucap Nur Huda. Keterlibatan anak muda dalam pembangunan daerah adalah pekerjaan yang mustinya diatur sebaik mungkin. Sebab revolusi dan segenap perubahan arah bangsa, seringkali dimulai oleh semangat anak muda.
Tips Biar Jadi Pemenang Sayembara
Kalau kita melihat logo hari jadi Kabupaten Madiun ke- 453 yang dibuat meliuk mirip tanaman porang dan tambahan tiga butir katak. Dimana logo tersebut jadi simbol keanekaragaman flora di Kabupaten Madiun serta komoditas unggulan porang yang 2 tahun lalu berjaya dalam meningkatkan ekonomi masyarakat, tentu gagasan besar ini tak layak diulang. Selain sudah pernah dipakai, komoditas porang memang sedang tidak baik-baik saja. Banyak petani porang yang mengeluh karena dinamika pasar yang ndlogok dan ra masok!
Ini penting dibaca untuk insan kreatif yang terlibat dalam sayembara, saya sarankan jangan gunakan warna merah dan kuning, Madiun punya sejarah kelam yang identik dengan dua warna tersebut. Sebagus apapun visual logo dan sebijak apapun arti dari mahakarya kalian, kalau dua warna diatas jadi warna utama dalam desain, kesempatan untuk menang jadi makin tipis. Ini spekulasi saja, bukan bocoran dari juri ataupun pimpinan, tapi kalau kalian mau mencoba, yo wekdal sautawis kulo sumanggaaken.
Jangan pakai ornamen palu dan arit, apalagi ada yang ngide untuk memvisualkan dua perkakas diatas menjadi angka 455. Hal ini bukan hanya berpotensi gagal, tapi berpeluang besar juga untuk diantemi cah-cah, wkwkwk. Memahami sejarah, antropologi, dan sosiologi Kabupaten Madiun menjadi penting saat proses brainstorming ide, banyak hal yang kiranya perlu dipahami desainer sebelum ngarsir logo, mengaduk warna, dan segenap kerja kreatif lainnya. Sekali lagi, hal ini hanyalah spekulasi penulis, tapi kalau kalian mau coba, yo kebangeten tenan panjenengan!
Jadikan Rakyat Penentu!
Tidak ada masyarakat yang tahu pasti, uang hadiah sayembara ini datang darimana, tapi kalau uang dalam lomba pemilihan logo ini diambil dari pajak rakyat, alangkah lebih wangun dan bijaksana, biarkan rakyat yang memilih pemenang. Akan terdengar cukup menyedihkan jika sayembara dari uang rakyat, eh yang milih logo malah pejabat. Tentu jika praktik yang demikian terjadi, saya cuma kasian sama teman Indonesia, kalau nggak salah namanya demokrasi, pola pemerintahan yang rakyatnya turut serta dalam menentukan keputusan publik.
Kota Solo sudah menjadikan rakyat sebagai penentu, sistemnya voting melalui instagram, warga bisa ikut nimbrung dan memilih logo terbaik untuk hari jadi daerah tercinta. Negara Kesatuan Republik Indonesia juga demikian, pemilihan logo Ibu Kota Nusantara benar-benar melibatkan masyarakat dalam pemilihannya, melalui sistem e-voting yang diisi oleh 500.000 penduduk Indonesia, terpilihlah satu logo yang menjadi wajah visual Ibu Kota Nusantara. Kabupaten Madiun tentu mudah saja untuk mengadopsi cara ini, kalau ndak bisa yo turu wae bos-bos.
Prediksi penulis, dari beberapa nur/cahaya serta frekuensi angin silir-silir, tahun ini pemenang logo akan dipilih oleh pimpinan, patuh apa kata bapak (baca: pokoke bapak). Jadi, sipil-sipil non power seperti kita ini jangan berharap lebih bisa menentukan pemenang, sadar diri wae bos, resiko masyarakat marjinal. Tapi, kondisi ini bisa berubah 180 derajat jika Dhidan Tomy dan dedengkotnya, sowan pendopo lalu kulo nuwun agar usulan penulis disetujui bapak (baca:sudah haji)
Posting Komentar