Kaji Maidi & Kaji Mbing Menang Dua Periode Asalkan Nyalon Lagi
klikpendidikan |
Melihat peta perpolitikan nasional, kita bisa berkaca bahwa mayoritas masyarakat Indonesia memang tak menginginkan perubahan. Apa yang sudah ada dan dijalankan oleh pemerintah dahulu mesti dilanjutkan, visi perubahan tak terlalu digubris oleh masyarakat, keberlanjutan tetap harga mati bagi 58% warga Indonesia. Mungkin jadi pil pahit bagi sebagian masyarakat, suara sumbang runtuhnya demokrasi memang nyaring terdengar, tapi apa boleh bilang, makan siang gratis jauh lebih menggembirakan ketimbang demokrasi yang berkeadaban.
Dengan pola yang sama dan penyimpulan yang tergesa-gesa, saya kok memprediksi yang demikian (keberlanjutan) akan jadi hal yang diinginkan mayoritas masyarakat Madiun. Ditambah fakta bahwa Indonesia memang tak pernah melahirkan oposisi, apalagi Madiun. Kultur perlawanan atau pergerakan di daerah ini timbul tenggelam, tak pernah solid membersamai demokrasi agar nilai keseimbangan terwujudkan. Para penyelenggara pemerintah bekerja entah untuk siapa, kemarin mereka merengek minta suara, sekarang entah kemana wajahnya.
Saya yakin Kaji Maidi dan Kaji Mbing akan menang mudah jika mencalonkan diri pada Pemilihan Kepala Daerah 2024. Toh, kedua manusia luhur ini tak perlu mengobrak-abrik aturan untuk bisa mencalonkan dirinya, memang masih sah secara undang-undang untuk mencalonkan lagi. Mereka sudah menang modal sosial sejak awal, alam demokrasi kita memang begitu menggiurkan untuk praktek kultus individu, Kaji Maidi dengan kegemilangan Wisata Pahlawan Street Center dan Kaji Mbing dengan lampu jalan yang terang benderang. Itu modal politik mereka untuk periode kedua.
Kaji Maidi nampaknya akan menang mudah jika mencalonkan diri lagi. Bagaimana tidak, masyarakat Kota Madiun begitu mencintai beliau. Kaji Maidi bukan hanya Walikota. Ia adalah kekuatan besar yang mampu menyatukan elemen internasional. Kalau menyatukan empat elemen dalam bumi, itu hanya Avatar yang bisa. Kaji Maidi meracik Liberty agar bersanding dengan Merlion, lalu bersebelahan dengan Kereta Shinkansen milik Jepang. Anda nyebrang 100 meter saja, akan ada pohon natal yang menjadi gerbang untuk memasuki tempat suci nan sakral, apalagi kalau bukan Ka’bah. Terpeleset ke barat, akan ada Eiffel Paris dengan hal yang serba romantis itu.
Kaji Maidi berhasil membangun warisan fisik yang efektif mendongkrak suara elektoralnya kelak. Selain itu, pengelolaan media sosial atau informasi publik Kota Madiun pada masa beliau, menjadi yang terbaik dari yang baik, Kaji Maidi makin mengukuhkan dirinya sebagai sosok pemimpin yang layak untuk memimpin Madiun pada periode selanjutnya, nyaring suara tokoh yang akan melawan beliau pada Pilkada 2024 juga belum terdengar, walaupun ada dan berupaya mengalahkan Kaji Maidi, saya rasa itu perlu usaha berlebih atau harus ada suatu peristiwa politik besar yang menjegal langkah mulus Kaji Maidi.
Kaji Mbing, memang Bupati Madiun ini tak begitu banyak membangun warisan fisik, paling ya cuma lampu-lampu, itupun dikebut di akhir periode beliau bersama wakilnya Pak Hari. Tapi anda tak bisa juga meremehkan tokoh ini, Kaji Mbing adalah Bupati yang aktif turun ke bawah, ia ada di pengajian ibu-ibu muslimat, demo buruh pabrik, dan agenda akar rumput lainnya. Kaji Mbing memang tak nyaring di sosial media, tapi saat dia berkunjung ke desa-desa, warga mana yang tak memanggil namanya dan meminta foto. Satu lagi, Kaji Mbing memang tak punya buzzer, tapi ia punya Banser, cuaks. Tentu ini guyonan saja.
Saya cukup yakin Kaji Maidi dan Kaji Mbing akan berjaya pada periode kedua jika mencalonkan diri lagi. Itupun jika modal politiknya cukup, otot politiknya kuat, dan otak politiknya jernih. Jika hal-hal tadi mereka miliki, niscaya Pilkada Madiun 2024 tak akan lagi seru, karena mereka terlalu di atas langit untuk lawan-lawan politiknya. Tapi yang namanya politik, sungguh dinamis dan tidak tertebak. Bisa saja mereka terjegal di tengah jalan dengan ini itu yang kita tidak tahu, sebab yang kita tahu, masyarakat Indonesia keseluruhan, memang masih menginginkan keberlanjutan.
Posting Komentar