Panduan Menjadi Timses Digital Yang Baik dan Nyaris Benar
Menjelang musim politik tingkat daerah, fenomena perang argumen serta sentimen pasti akan jadi sesuatu hal yang wajar terjadi baik di warung kopi, kafe hingga ranah dunia maya, salah satunya adalah Madiun. Sudah banyak kandidat bermunculan dan dinamika sudah mulai terjadi, terutama di ranah digital. Tak terkecuali adanya sentimen negatif dan hate comment yang kadang dilontarkan netizen yang budiman. Fenomena ini seringkali diikuti oleh model doxxing , witch hunting atau bahkan intimidasi yang dilakukan oleh oknum pendukung kandidat tertentu dalam kontestasi demokrasi, yang terkadang membuat masyarakat enggan atau bahkan takut untuk mengemukakan pendapat, karena akan dapat “surat cinta” dari oknum-oknum ini baik lewat teguran atau bahkan ancaman UU ITE .
Buat para Timses, perlu dipahami dalam sistem politik demokrasi yang mengisyaratkan satu orang satu suara, suara satu orang bisa jadi sangat berharga untuk kontestasi. Melakukan tindakan seperti spamming, telepon teror atau bahkan konfrontasi langsung kepada si pembuat pesan bernada menurut kalian bernada hate comment, bukan sebuah langkah bijak (malah bikin calon pemilih potensial jadi lari dan makin benci kandidatmu). Berikut adalah beberapa panduan yang (mungkin) sukses untuk diikuti :
Jangan terlalu berfokus dan membuang energi pada hate comment
Tindakan dengan mengeluarkan energi untuk mengejar, meneror, melakukan spamming para pengomentar adalah langkah konyol, selain membuat si pembuat komentar makin benci kandidatmu, energi yang terbuang juga lumayan besar, bayangkan jika komen sentimen negatif yang terkait dengan kandidatmu hanya ada 1-2 komentar, lalu bagaimana jika komentar yang bernada kebencian ada 1000 Komentar?, 2000 komentar? Apakah tidak cape? boros biaya pula. Cara meneror dan melakukan spamming pada pembuat hate comment mungkin bisa membuat komentarnya terhapus, tapi apakah akan membuat si pengomentar akan mendukung kandidatmu? Belum tentu, (lebih buruk lagi, bisa saja mereka menyebarkan kebenciannya di real life yang tidak terpantau like dan comment ) Fokuskan saja pada substansi keunggulan kandidat yang didukung atau konten yang kreatif.
Buat Se-kreatif Mungkin
Konten-konten hate comment secara umum dapat dijadikan sebagai senjata kampanye yang menguntungkan apabila dilakukan secara kreatif. Salah satu inspirasi yang bisa dicontoh adalah segmen “Reading the Mean Tweets” yang ada pada Talkshow Jimmy Kimmel, yang secara sarkastis dan lucu membuat para selebriti dan bintang tamu yang diundang membaca komentar negatif netizen tentang mereka. Langkah ini terbukti sukses selain terkesan lucu dan konyol yang dapat membuat para calon pemilih tertarik dengan kandidat, hal ini juga dapat memunculkan citra bahwa kandidat yang didukung adalah kandidat yang humble, gak gampang marah, receh yang dekat dengan masyarakat, serta membalas sentimen negatif yang ada dengan cara yang relatif elegan.
*Cuplikan Konten Mean Tweets di Talkshow Jimmy Kimmel |
Luluhkan dengan Dialog dan Persuasi, Tinggalkan Kesan Positif
Terkadang saking canggihnya para timses ini, mereka bahkan bisa melacak alamat atau tempat tinggal dari si pemberi komentar, hal ini dapat dimanfaatkan dengan melakukan persuasi kepada si pemberi komentar negatif. Contoh paling terbaru dapat dilakukan seperti momen Pak Ganjar Pranowo, yang bahkan mengajak makan pendukung paslon saingannya, hal ini selain membuat citra kandidatmu jadi lebih ramah dan gak gampang marah, hal ini juga dapat membuat kandidatmu jadi sosok yang dapat merangkul setiap elemen masyarakat, bahkan kepada mereka yang nggak suka dengan kandidatmu.
*Cuplikan Momen Paslon Ganjar Pranowo mengajak pendukung paslon saingan untuk makan siang bersama.
Jika memiliki kesempatan untuk konfrontasi langsung lakukan dengan dialog (bahkan jika ternyata kondisi si pemberi komentar berkekurangan, siapkan logistik untuk membantu). Beri pertanyaan terkait apa yang membuat si pembuat komentar punya sentimen negatif pada kandidatmu, dan jadikan itu sebagai feedback untuk diperbaiki dalam kampanye. Atau bahkan jika pengomentar enggan ditemui berikan kesan yang positif (baik memberi bingkisan atau tanda permintaan maaf). Konsep seperti ini biasa penulis temui pada cara komunikasi perusahaan seperti bank jika mendapatkan review yang negatif. Hal ini penting siapa tahu akan ada perubahan pikiran dari si pembuat komentar dan berbalik malah mendukungmu.
Jangan Balas Dengan Personal, Fokus Ke Substansi.
Jika kepepet merasa perlu untuk menjawab komentar yang beredar, jawab dengan fokus ke substansi yang dibicarakan, menyerang dengan membawa latar belakang personal seseorang bukan sebuah tindakan yang tepat, pun apabila si pengomentar melontarkan kalimat dan kritik yang menjurus ke personal kandidat, terdapat dua pilihan yang dapat dilakukan, yakni, secara publik dan secara personal, secara publik dapat dilakukan dengan membalas komentar tersebut dengan data maupun menanggapi dengan empati. Beberapa contoh yang dapat diambil (sekali lagi dapat dilihat pada pemilu kemarin ) seperti yang dilakukan tim paslon Anies dan Muhaimin yang membuka portal fitnahlagi.com sebagai pusat informasi terkait hoax dan sentimen negatif yang beredar menggunakan data, maupun model yang dilakukan oleh salah Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming yang dengan kasual menanggapi serangan kebencian netizen dengan bahasa “maaf nggih pak” serta melalui personal dengan melakukan DM dengan perkenalan dan gaya ala customer service dengan tujuan melakukan dialog dan menggali penyebab mengapa seseorang tersebut memiliki sentimen yang negatif pada kandidat yang diusung, dengan menggali informasi ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk tim kampanye.
Tonjolkan Karakteristik Positif, Perkuat dengan Program
Paling penting fokuskan pembentukan karakteristik positif adalah yang terpenting dalam kegiatan kampanye, karakter yang memorable dan kekinian dapat menjadi ciri khas yang dapat secara langsung membuat hate comment terkait kandidatmu jadi tidak relevan dan tertutupi dengan sendirinya. Dengan kata kunci konsisten dan kreatif, dapat membuat popularitas dan elektabilitas kandidat yang didukung meningkat. Bentuk contohnya lagi-lagi pada pemilu kemarin, branding “gemoy” yang diusung oleh salah satu paslon melalui berbagai instrumen seperti lagu, konten tiktok, video reaksi pendukung hingga meme dan sticker, bisa membuat masyarakat menjadi ingat dan mudah menghapalkan. Sumber daya yang dimiliki secara tim harus dimaksimalkan disini, jangan justru memfokuskan diri pada komentar negatif netizen yang kadang bahkan enggan untuk berubah, membuat brand yang ikonik adalah kunci penting di era digital saat ini melalui produksi konten yang konsisten dan memiliki ciri yang khas.
*Contoh Branding salah satu paslon yang mengusung tema Gemoy dengan atribut gambar dan lagu |
By Fadhila Kresna D
Posting Komentar